Selasa, 15 Juli 2014

METODOLOGI PENELITIAN
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metodologi Penelitian
Disusun Oleh:
Munif Abwani                                           210312211
Dosen Pengampu:
Drs. Ju’subaidi, M.Ag.

PROGRAM STUDI TARBIYYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
FEBRUARI 2014


PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Suatu ilmu pengetahuan itu bisa dinyatakan kebenarannya dengan melakukan proses-proses tertentu. Awal munculnya suatu ilmu pengetahuan tidak mudah, harus berbagai banyak penelitian dan melakukan percobaan agar menghasilkan suatu ilmu yang bagus  dan empiris berguna untuk semua orang. Untuk mencari dan menggali semua itu diperlukan suatu metode yang bertahap yaitu dengan Penelitian.
Kemudian penting mempelajari ilmu pengetahuan adalah bagaimana keluasan ruang gerak pengetahuan tersebut berbarengan dengan penelitian itu. Maka dari itu dalam makalah ini saya akan membahas mengenai “metodologi penelitian” sebagai pengantar agar lebih mengetahui penelitian.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa perbedaan pengertian metode dan metodologi penelitian?
2.      Bagaiman hubungan antara ilmu pengetahuan dan metodologi penelitian??
3.      Jelaskan penelitian ilmiah?



PEMBAHASAN

A.    Perbedaan Pengertian Metode dan Metodologi Penelitian
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi adalah suatu pengkajian dalam  mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian. Ditinjau dari filsafat, metodologi penelitian merupakan epismologi penelitian yang menyangkut dalam melaksanakan penelitian.
Dalam hal ini dijelaskan berbagai rincian mengenai hal yang berkaitan dengan kegiatan penelitian  yang meliputi penentuan variabel pokok, penentuan populasi, penentuan sampel atau teknik pengambilan contoh, metode dan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.[1]
Metode penelitian ialah strategi umu yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan , guna menjawab persoalan yang dihadapi.[2]
Sementara kita telah memperkenalkan metodologi penelitian dalam maknanya teknis belaka. Misal: langsung membahas populasi dan teknik sampling, merumuskan masalah, mendesain tata relasi, merancang instrumen kuantifikasi data, dan sebagainya. Banyak para ahli dalam berbagai teknik tanpa menyadari dia telah menganut filsafat ilmu tertentu.
Metodologi Penelitian berasal dari kata “Metode” yang artinya melakukan sesuatu dan “Logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi intinya adalah melakukan sesuatu dengan pikiran untuk mencapai tujuan.[3]
Metodologi penelitian membahas konsep teoretik berbagai metoda, kelebihan dan kelemahannya, yang dalam karya dilanjutkan dengan pemilihan metoda yang digunakan. Sedangkan, metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metoda-metoda yang digunakan dalam penelitiannya.
Metodologi penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang metoda-metoda penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam penelitian. Di lingkungan filsafat, logika dikenal sebagai ilmu tentang alat untuk mencari kebenaran. Bila ditata alam sistematika, metodelogi penelitian merupakan bagian dari logika.[4]

B.  Hubungan Antara Ilmu Pengetahuan dan Metodologi Penelitian
Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini lebih mengutamakan kemampuan akal atau olah pikir dan ketangkasan bicara saja, tanpa ada dukungan pembuktian-pembuktian yang bersifat empiris maupun ajaran tertentu yang dapat dijadikan dasar pemikiran.
Masa ini merupakan masa dimana metodologi penelitian telah memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Proses menemukan solusi atau penarikan kesimpulan dari suatu persoalan yang dihadapi telah dilakukan menurut cara-cara tertentu, yang sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan, sehingga ilmu pengetahuan yang lahir pada masa ini dapat dijadikan dasar dalam menuntut kehidupan. Ilmu pengetahuan berkembang semakin maju sejalan dengan kemampuan manusia dalam mempelajari sebab akibat peristiwa di alam semesta, yang sejalan dengan fenomena-fenomena yang terjadi disekitarnya.[5] 
Penelitian sebagai sarana pembangunan ilmu pengetahuan mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam filsafat ilmu, penelitian menduduki satu tahapan yang disebut epistimologi, yakni suatu cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dengan benar.
 Menurut noeng muhajir, untuk pelacakan ilmu pengetahuan dengan menggunakan pendekatan penelitian diperlukan adanya pemahaman yang mendasar tentang landasan filosofik dari berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu pengetahuan. Karena dengan pemahaman yang sejelas mungkin terhadap suatu konsep dan teori yang berkaitan dengan temayang akan ditelitisangat membantu dalam mengungkapkan berbagai indikator dalam persoalan atau problematik dalam penelitian. Penelitian dalam ilmu pengetahuan sosial memiliki peran untuk mencegah penyalahgunaan hasil penelitian dalam  ilmu pengetahuan alam dan menyalurkannya dalam hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat [6]
Ilmu pengetahuan memiliki sifat utama yaitu tersusun secara sistematik dan runtut, dengan menggunakan metode penelitian. Karenanya sementara orang mengganggap perlunya memiliki sikap ilmiah untuk menyusun ilmu pengetahuan tersebut. Atau dengan kata lain ilmu pengetahuan memilikia tiga sifat utama tersebut, yaitu
Ø Sikap ilmiah
Ø Metode ilmiah
Ø Tersusun secara sistematik dengan runtut.
Sikap ilmiah menuntut orang utuk berfikir dengan sikap tertentu. Dari sikap tersebut orang dituntut dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan. Selanjutnya cara tertentu itu disebut metode ilmiah. Jadi dengan sikap ilmiah dan metode ilmiah diharapkan dapat disusun ilmu pengetahuan sistematik dan runtut.[7]
Menurut Tejoyuwono (1991) metodologi penelitian merupakan penelitian yang bersistem yang berarti penelitian yang dikerjakan secara kontekstual. Selanjutnya ia berkata konteks penelitian tersusun atas unsu-unsur:
a.       Filsafat, yang menjadi pangkal pikiran.
b.      Berfikir, yang membentuk gagasan dasar atau konsep.
c.       Nalar, yang menjalankan proses pemahaman dan menjalankan penarikan kesimpulan .
d.      Definisi (takrif) yang membuat batasan tentang lambang sebagai abstraksi ujud.
e.       Asumsi, menjadi latar belakang hipotesis dan mengisi hipotesis dengan suatu implikasi tertentu.
Dari kelima unsur penelitian diatas menjadi urutan pertama karena akan  mempertajam daya analisis para peneliti/mahasiswa dan meningkatkan pengertian terhadap penelitian dan kegiatan-kegiatan ilmiah lain. Dan bagi orang yang mempelajari metodologi penelitian akan dapat mengungkap setetes kebenaran yang tertimbun dengan rapat oleh segudang kesalahan, atau membongkar sebercak kesalahan yang tertutup tumpukan kebenaran.[8]

C.    Penelitian Ilmiah
Karya ilmiah terdiri dari dua kata yaitu “karya” artinya kerja, berbuat: dan “ilmiah” artinya bersifat ilmu.
Ilmu adalah pengetahuan yang sudah teruji kebenarannya melalui metode-metode ilmiah. Seseorang yang telah memiliki suatu pengetahuan dituntut untuk memiliki sifat terbuka, jujur, teliti, kritis, tidak mudah percaya tanpa adanya bukti, tidak cepat putus asa, tidak cepat puas dengan hasil yang didapat.
Setiap karya ilmiah harus mengandung kebenaran ilmiah, yakni kebenaran yang tidak hanya didasarkan rasio, tetapi dibuktikan secara empiris. Rasionalisme dari empirisme inilah yang menjadi tumpuan berfikir manusia. Rasionalisme mengandalkan kemampuan otak atau rasio penalaran, sedangkan empirisme mengandalkan bukti-bukti yang nyata. Penggabungan kedua cara tersebut yakni berfikir rasional dan berfikir empiris, adalah berfikir ilmiah.[9]
Dengan pendekatan ilmiah itu orang berusaha untuk memperoleh kebenaran ilmiah, yaitu pengetahuan benar yang kebenarannya terbuka untuk diuji oleh siapa saja yang menghendaki untuk mengujinya.[10]
penelitian ilmiah dan karya ilmiah merupakan rangkaian kegiatan yang tidak terpisahkan satu sama lain.  Berfikir ilmiah adalah landasan atau kerangka berfikir penelitian ilmiah. Dengan kata lain penelitian ilmiah adalah operasionalisasi dari berfikir ilmiah sedangkan karya ilmiah adalah hasil atau produk dari penelitian ilmiah.[11]
Secara umum menurut J.J.J.M. Wuisman (1991) dalam konteks ini, ada lima segi proses penelitian yang penting untuk dipaparkan yaitu
a.       Penelitian ilmiah adalah proses perubahan gagasan yang berkesinambungan
b.      Penelitian ilmiah dimulai dari gagasan tertentu
c.       Perubahan gagasan melalui pengujian pada keterangan yang baru, keterangan ini mengenai kondisi empiris
d.      Gagasan baru mampu menerangkan semua keterangan yang dihadapkan padanya secara menyeluruh
Metode penelitian ilmiah bermaksud menerangkan proses pengembangan ilmu pengetahuan. Guna menghasilkan pengetahuan ilmiah yang memungkinkan pemecahan masalah praktis tertentu, teori ilmu pengetahuan perlu diterapkan dalam bentuk proses penelitian empiris. Proses penelitian  empiris meliputi bermacam-macam metode dan teknik yang dikerjakandalam urutan waktu tertentu. Secara garis besar proses penelitian ilmiah sebagai berikut:
1.      Perumusn masalah
2.      Pembuatan teori
3.      Operasionalisasi konsep
4.      Pengumpulan dan pengolahan data
5.      Analisis data
6.      Interpretasi dan generalisasi data
7.      Pengolahan penelitian ilmiah
8.      Perumusan usulan penelitian
9.      Pembuatan rencana kerja
10.  Pembimbingan pekerjaan lapangan
11.  pelaporan[12]



PENUTUP

Kesimpulan
A.    Perbedaan Pengertian Metode dan Metodologi Penelitian
Metode penelitian ialah strategi umu yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi. Metodologi penelitian membahas konsep teoretik berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya, yang dalam karya dilanjutkan dengan pemilihan metoda yang digunakan. Sedangkan, metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metoda-metoda yang digunakan dalam penelitiannya.
B.     Hubungan Antara Ilmu Pengetahuan dan Metodologi Penelitian
Masa ini merupakan masa dimana metodologi penelitian telah memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Proses menemukan solusi atau penarikan kesimpulan dari suatu persoalan yang dihadapi telah dilakukan menurut cara-cara tertentu, yang sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan, sehingga ilmu pengetahuan yang lahir pada masa ini dapat dijadikan dasar dalam menuntut kehidupan. Ilmu pengetahuan berkembang semakin maju sejalan dengan kemampuan manusia dalam mempelajari sebab akibat peristiwa di alam semesta, yang sejalan dengan fenomena-fenomena yang terjadi disekitarnya
C.    Penelitian Ilmiah
penelitian ilmiah dan karya ilmiah merupakan rangkaian kegiatan yang tidak terpisahkan satu sama lain.  Berfikir ilmiah adalah landasan atau kerangka berfikir penelitian ilmiah. Dengan kata lain penelitian ilmiah adalah operasionalisasi dari berfikir ilmiah sedangkan karya ilmiah adalah hasil atau produk dari penelitian ilmiah. Secara garis besar proses penelitian ilmiah sebagai berikut:
perumusn masalah, pembuatan teori, operasionalisasi konsep, pengumpulan dan pengolahan data, analisis data, interpretasi dan generalisasi data, pengolahan penelitian ilmiah, perumusan usulan penelitian, pembuatan rencana kerja, pembimbingan pekerjaan lapangan, pelaporan.



DAFTAR PUSTAKA

 Usman, Husaini dan Setiady, Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Ary, Donald, dkk., Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 2006.
Narbuko, Choliddan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.
Muhadjir, Neong. Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Posivitiftik, Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi teks dan Penelitian Agama. Yogyakarta: PT Bayu Indra Grafika, 1998.
Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.
Damanuri, Aji. Metodologi Penelitian Mu’amalah. Ponorogo: STAIN Po Press, 2010.
Bagoes Mantra, Ida. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Saebani, Beni Ahmad. Metode Penelitian Hukum. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
fathoni, Abdurrahmat. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008.
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.



[1] Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 41.
[2] Donald Ary, Dkk., Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 2006) , 50.
[3] Cholid Narbuko dan  Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), 1.
[4] Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, Dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks Dan Penelitian Agama (Yogyakarta: PT. Bayu Indra Grafika, 1998), 3-4.
[5] Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2001), 4-5.
[6] Aji Damanuri, Metodologi Penelitian Mu’amalah (Ponorogo: Stain Po Press, 2010), 104.
[7] Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, 38.
[8] Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 5-7.
[9] Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 109-110.
[10] Abdurrahmat fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), 5.
[11] Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum, 115.
[12] Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), 4-9.

Senin, 14 Juli 2014

PENDAHULUAN
PERIODESASI PERKEMBAN
PERIODESASI PERKEMBANGAN 
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Psikologi Perkembangan

Disusun Oleh:
Imam Muthohhar                    210312206
Romdony Imam Hadi Z         210312207
Rizki Wisnu Wardana             210312208
Syarifuddin H                         210312210
Munif Abwani                        210312211
Kelas TB. F
Dosen Pengampu:
Dra. Hj. Futiati Romlah, MSI

PROGRAM STUDI TARBIYYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO
OKROBER 2013



 PENDAHULUAN
1.        Latar Belakang Masalah
Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu. Individu hanya membawa potensi-potensi ketika ia lahir, orang tua yang harus membentuk atau mengembangkan semua potensi yang dimiliki anak. Sampaipun ketika individu beradapada fase lansia, merupakan hasil dari persiapan dan pembinaan orang tuanya ketika ia masih dalam fase-fase sebelum fase dewasa.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan individu disetiap fasenya, ada proses yang sistematik, progresif dan berkesinambungan. Allah SWT menjelaskan proses bagaimana individu tumbuh dan berkembang menjalani  fase demi  fase dalam kehidupannya:….Maka (ketahuilah)sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari setetes mani,kemudian dari segumpal darah,kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna,agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim,apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan,kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,kemudian(dengan berangsur-angsur)kamu sampailah pada kedewasaan,dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulu telah diketahuinya…..(QS Al-Hajj [22] : 5)

1
Dalam ayat lain ,Allah SWT, berfirman,Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah,kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak , kemudian (kamu dibiarkan hidup lagi) sampai tua, diantara kamu diwafatkan sebelum itu.(Kami perbuat demikian)supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).(QS Al-Mu’min [40] : 67 )
Pengaruh lingkungan ,baik lingkungan keluarga maupun lingkungan diluar keluarga berpotensi untuk mempengaruhi perkembangan individu dalam setiap fasenya , khususnya dalam membentuk kepribadiannya .

2.        Rumusan Masalah
a.    Apakah pengertian dari fase-fase perkembangan ?
b.    Apa saja pembabakan atau periodesasi perkembangan ?
c.    Ada berapa macam fase-fase perkembangan itu ?




PEMBAHASAN 

A.      Pengertian Fase-Fase Perkembangan
Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu. Mengenai masalah pembabakan atau periodesasi perkembangan ini,para ahli berbeda pendapat. Pendapat-pendapat itu secara garis besarnya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan analisis biologis,didaktis & psikologis.[1]
B.       Pembabakan Atau Periodesasi Perkembangan
v  Periodesasi perkembangan berdasarkan ciri-ciri biologis
Titik berat pembagian fase-fase perkembangan ini didasarkan pada gejala-gejala perubahan fisik anak, atau didasarkan atas proses biologis tertentu.[2] Tokoh –tokoh yang mengemukakan pendapat ini adalah;Aristoteles( ia membagi fase perkembangan  manusia sejak lahir sampai usia 21 tahun kedalam tiga fase,dimana setiap fase meliputi masa tujuh tahun) , Sigmund Freud( Dasar-dasar pembagiannya ialah  pada cara-cara reaksi-reaksi bagian-bagian  tubuh tertentu) , Maria Montessori( menurutnya, pembagian fase-fase perkembangan anak mempunyai arti biologis,sebab perkembangan itu adalah melaksanakan kodrat alam dengan asas pokok, yaitu asas kebutuhan vital dan asas kesibukan sendiri), dan Elizabeth B.Hurlock(ia membagi perkembangan individu berdasarkan konsep biologis atas lima fase).
v 

3
Fase perkembangan berdasarkan konsep didaktif
Dasar yang digunakan untuk menentukan pembagian fase-fase perkembangan adalah materi dan cara bagaimana mendidik anak pada masa-masa tertentu. Pembagian seperti ini antara lain diberikan oleh Johann Amos Comenius,seorang ahli didik di Moravia. Ia membagi fase-fase perkembangan berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak sesuai dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya di sekolah.[3]
v  Periodesasi perkembangan berdasarkan ciri-ciri psikologis
Periodesasi ini didasarkan atas ciri-ciri kejiwaan yang menonjol, yang menandai masa dalam periode tersebut.periodesasi ini dikemukakan oleh beberapa ahli,diantaranya:Oswald Kroch,dan  Kohnstamm.[4]
C.      Fase-Fase Perkembangan
1.    Fase Pra-Natal
Fase pra-natal (sebelum lahir) mulai masa konsepsi sampai proses kelahiran, yaitu sekitar 9 bulan atau 280 hari. Ada 6 ciri periode pra-natal. Periode ini adalah saat dimana sifat bawaan dan jenis kelamin individu ditentukan; dimana kondisi-kondisi dalam tubuh ibu dapat mendorong atau mengganggu pola perkembangan pra-natal; dimana pertumbuhan dan perkembangan secara proporsional lebih besar dari pada dalam periode-periode lain; ketika terdapat banyak bahaya fisik maupun psikologis; dan saat orang-orang yang berarti membentuk sikap individu yang baru tercipta.[5]
2.    Fase lahir
Fase lahir merupakan permulaan atau periode awal keberadaan sebagai individu dan bukan sebagai parasit di dalam tubuh ibu. Masa ini dimulai dari kelahiran dan berakhir pada saat bayi menjelang 2 minggu. Periode ini adalah saat dimana janin harus menyesuaikan dengan kehidupan diluar rahim ibu, dimana ia telah hidup selama kurang lebih 9 bulan.
            Walaupun singkat, masa bayi ini pada umumnya dibagi menjadi 2 periode: periode pertunate dan periode neonate. periode  partunate (mulai saat kelahiran sampai antara lima belas dan tiga puluh menit sesudah kelahiran). Periode ini bermula dari keluarnya janin dari rahim ibu dan berakhir setelah tali pusar dipotong dan diikat. Sampai hal ini selesai dilakukan, bayi masih merupakan pascamatur, yaitu lingkungan di luar tubuh ibu. Periode neonate (dari pemotongan dan pengikatan tali pusar sampai sekitar akhir minggu kedua dari kehidupan pascamatur). Setelah itu bayi adalah individu yang terpisah, mandiri dan tidak lagi merupakan parasit. Selama periode ini bayi harus mengadakan penyesuaian pada lingkungan baru di luar tubuh ibu.[6]
3.    Fase 2 tahun pertama
Masa bayi berlangsung dua tahun pertama setelah periode bayi yang baru lahir dua minggu. Masa bayi adalah dasar periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku ,sikap dan pola ekspresi emosi terbentuk. Masa bayi adalah masa dimana pertumbuhan dan perubahan berjalan pesat,baik secara fisik maupun psikologis. Dengan cepatnya pertumbuhan ini,perubahan tidak hanya terjadi dalam penampilan ,tetapi juga kemampuan. Masa bayi juga merupakan masa berkurangnya ketergantungan pada orang lain,dan ini efek dari pesatnya perkembangan pengendalian tubuh yang memungkinkan bayi duduk,berdiri,berjalan dan menggerakkan benda-benda. Ciri khas yang dimiliki fase ini adalah anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya,menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara.[7]
4.    Fase Kanak-Kanak Awal
Masa kanak-kanak awal berlangsung dari dua sampai enam tahun,oleh para pendidik dinamakan sebagai usia pra-sekolah. Perkembangan fisik pada masa ini berjalan lambat tetapi kebiasaan fisiologis yang dasarnya diletakkan pada masa bayi menjadi cukup baik. Pada awal masa anak-anak dianggap sebagai saat belajaruntuk mencapai berbagai keterampilan karena anak senang mengulang,hal mana penting untuk belajar keterampilan;anak pemberani dan senang mencoba hal-hal baru;dan karena hanya memiliki beberapa keterampilan maka tidak mengganggu usaha pertambahan keterampilan baru.
Perkembangan berbicara berlangsung cepat,seperti terlihat dalam perkembangannya pengertian dan berbagai keterampilan berbicara. Ini mempunyai dampak yang kuat terhadap jumlah bicara dan isi pembicaraan.
Awal masa anak-anak ditandai oleh moralitas dengan paksaan,suatu masa dimana anak belajar mematuhi peraturan secara otomatis melalui hukuman dan pujian. Periode ini juga masa penegakan disiplin dengan cara yang berbeda,ada yang dikenakan disiplin yang otoriter,lemah dan demokratis.
Awal masa kanak-kanak sering dianggap sebagai usia kritis dalam penggolongan peran seks karena pada saat ini sejumlah aspek penting dalam penggolongan peran seks dikuasai terutama belajar arti stereotip peran seks dan menerima serta memainkan peran seks yang disetujui oleh kelompoknya.
Ciri khas yang dimiliki fase ini adalah perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain).[8]
5.    Fase Kanak-Kanak Akhir
Akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari enam tahun sampai anak mencapai kematangan seksual,yaitu sekitar sebelas tahun bagi anak perempuan dan dua belas tahun bagi anak laki-laki,oleh para pendidik disebut sebagai usia “sekolah dasar”. Pertumbuhan fisik yang lambat pada akhir masa kanak-kanak dipengaruhi oleh kesehatan,gizi,imunisasi,seks ,dan intelegensi.
Keterampilan pada akhir masa kanak-kanak secara kasar dapat digolongkan ke dalam empat golongan besar;keterampilan menolong diri,keterampilan menolong sosial,keterampilan sosial, dan keterampilan bermain. Sampai dengan tingkat tertentu semua keterampilan ini dipengaruhi oleh perkembangan pilihan penggunaan tangan. Pada akhir masa kanak-kanak,sebagian anak mengembangkan kode moral yang dipengaruhi oleh standar moral kelompoknya dan hati nurani yang membimbing perilaku sebagai pengganti pengawasan dari luar yang diperlukan pada waktu anak masih kecil. Sekalipun demikian,pelanggaran di rumah,sekolah dan di lingkungan tetangga masih sering terjadi.[9]
6.    Fase puber (Remaja Awal)
Periode ini merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat meskipun masa puber merupakan periode singkat yang bertumpang tindih dengan masa akhir kanak-kanak dan permulaan masa remaja. Masa ini terjadi pada usia yang berbeda bagi anak laki-laki dan anak perempuan dan bagi individu-individu di dalam tiap kelompok seks. Kriteria yang paling sering digunakan untuk menentukan permulaan masa puber adalah haid yang pertama kali pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki.
            Ada empat perubahan tubuh yang utama pada periode ini, yaitu perubahan besarnya tubuh, perubahan proporsi tubuh, pertumbuhan ciri-ciri seks primer dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder. Namun ciri utanma fase ini adalah bergejolaknya dorongan seksual. Oleh karena itu, interaksi mereka dengan kekuatan barunya ini tergolong salah satu problem yang paling berat.[10]
7.    Fase Remaja
Masa remaja yang berlangsung dari saat individu menjadi matang secara seksual sampai usia delapan belas tahun-usia kematangan yang resmi-dibagi ke dalam awal masa remaja, yang berlangsung sampai usia tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja yang berlangsung sampai usia kematangan yang resmi.
Perubahan sosial yang penting dalam masa remaja meliputi meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, pola perilaku sosial yang lebih matang, pengelompokan sosial baru dan nilai-nilai baru dalam pemilihan teman dan pemimpin, dan dalam dukungan sosial.
Perubahan pokok dalam moralitas selama masa remaja terdiri dari mengganti konsep-konsep moral khusus dengan konsep-konsep moral tentang benar dan salah yang bersifat umum; membangun kode moral berdasarkan pada prinsip-prinsip moral individual;dan mengendalikan perilaku melalui perkembangan hati nurani.
Dalam hal cinta, remaja menganggap bahwa rasa senang yang muncul dari saling pandang sebagai cinta.hal ini disebabkan kuatnya daya khayal dan asmara yang ada dalam dirinya. Remaja tidak memandang cinta yang hakiki sebagai suatu gerakan tanpa keinginan dan kecenderungan alamiyang ada dalam diri manusia dan islam tidak pernah mengharamkan cinta. Justru, definisi cinta yang difahami remaja akan dapat mengarahkan mereka ke hal-hal yang diharamkan;cinta dua orang yang berlainan jenis,yang bukan suami istri,berdua-duaan melakukan hubungan yang melanggar syari’at. Bahkan mungkin khayalan dan angan-angan ini dapat membuat guncangan jiwa yang luar biasa ketika memburuknya hubungan, atau ketika tidak adanya respons yang diharapkan dari pihak lain.[11]
8.    Fase Dewasa Dini (Awal)
Masa dewasa dini adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif, yaitu suatu masa yang penuh masalah dan ketegangan emosional,periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreatifitas, dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Masa dewasa dini, dari umur delapan belas hingga lebih kurang empat puluh tahun.
Karena banyak minat yang terbawa dari masa remaja tidak lagi sesuai dengan peran sebagai peran orang dewasa, berbagai perubahan pada seluruh bidang minat tidak dapat dihindarkan. Perubahan yang terbesar adalah pengurangan keanekaragaman minat. Minat pribadi pada masa dewasa dini meliputi perhatian pada penampilan, pakaian dan tata rias, lambang-lambang kedewasaan dan status,uang dan agama.
Penyesuaian keluarga dan pekerjaan, khususnya pada masa dewasa dini, sangat sulit karena kebanyakan orang dewasa muda membatasi dasar-dasar yang dengannya ia membangun penyesuaian karena pembaruan(newness) peran-peran yang dituntut penyesuaian diri. Ketika ia menikah pun ia akan membatasi dan berusaha untuk mencari pasangan yang menurutnya sesuai dengan statusnya.[12]
9.    Fase Dewasa Madya
Pada umumnya usia dewasa akhir (madya) atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 sampai 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat.
Ada sepuluh karakteristik yang biasa terjadi pada usia madya(1)usia madya merupakan periode yang sangat menakutkan, (2)usia madya merupakan usia transisi, (3) masa stres, (4) “usia yang berbahaya”, (5)”usia canggung”,(6) masa berprestasi, (7) masa evaluasi, (8) dievaluasi dengan standar ganda, (9) masa sepi,(10) masa jenuh.
Kondisi-kondisi yang mempengaruhi penyesuaian pekerjaan pada usia madya: kepuasan kerja, kesempatan promosi, harapan pekerjaan, meningkatnya penggunaan otomatisasi semakin meningkat, sikap pasangan, sikap terhadap usaha besar, sikap terhadap teman sekerja, relokasi.
Kondisi-kondisi yang merumitkan penyesuaian diri terhadap perubahan pola keluarga pada usia madya;perubahan fisik, hilangnya peran sebagai orang tua, kurangnya persiapan, perasaan kegagalan, merasa tidak berguna lagi, kekecewaan terhadap perkawinan, merawat anggota keluarga berusia lanjut.
Kondisi-kondisi semacam itu tidak akan terjadi apabila setiap fase perkembangan yang dilalui setiap individu sangat kondusif untuk mendukung fase berikutnya. Ketika masalah penyesuaian diri terhadap lingkungan ,misalnya dengan tetangga tidak bermasalah pada fase sebelumnya, maka pada fase ini pun akan dilaluinya dengan mudah. Rasa toleransi dan saling berbagi serta saling menghormati antar-tetangga sangat dibutuhkan dalam hidup bersosialisasi.[13]
10.  Fase Dewasa Akhir(Lansia)
Usia enam puluhan biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Ciri-ciri usia lanjut: (1)merupakan periode kemunduran, (2)perbedaan individual pada efek menua, (3)usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda.[14]


KESIMPULAN 
Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu.
Sedangkan Pembabakan atau periodesasi perkembangan dapat dibagi menjadi tiga, diantaranya ialah berdasarkan analisis biologis, didaktis & psikologis.
Dan fase-fase perkembangan manusia secara garis besar dapat dibagi menjadi:
1.      Fase Pra-Natal
2.      Fase Lahir
3.      Fase 2 tahun pertama
4.      Fase kanak-kanak awal
5.      Fase kanak-kanak akhir
6.      Fase puber (Remaja Awal)
7.      Fase Remaja
8.      Fase dewasa dini (Awal)
9.      Fase dewasa madya
10.  Fase dewasa akhir (Lansia)
 

 DAFTAR PUSTAKA

Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2010.
Hartati, Netty, dkk.,Islam dan psikologi. Jakarta: PT Grafindo Persada.2004.
Yusuf,Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja             Rosdakarya.2009








[1]Syamsu yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 20
[2]Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 20
[3]Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, hlm. 23
[4]Ibid.,  hlm. 24
[5]Netty Hartati dkk., Islam dan psikologi (Jakarta:PT Grafindo Persada,2004), hlm.19-22
[6]Netty Hartati dkk., Islam dan psikologi, hlm. 21-23
[7]Ibid., hlm. 27
[8]Ibid., hlm. 33-34
[9]Ibid., hlm. 35-36
[10]Ibid., hlm. 39
[11]Ibid., hlm. 41-42
[12]Ibid., hlm. 44
[13]Ibid., hlm. 46-47
[14]Ibid., hlm. 49